Berita Terkini

Perkuat Tata Kelola Kelembagaan, KPU NTT Bahas SOP Penerbitan Produk Hukum

Kupang, ntt.kpu.go.id — Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Nusa Tenggara Timur menggelar rapat pembahasan Standar Operasional Prosedur (SOP) Penerbitan Produk Hukum pada Rabu (27/8), bertempat di Aula Kantor KPU Provinsi NTT. Kegiatan ini difokuskan pada SOP penerbitan produk hukum berupa Keputusan Ketua dan Sekretaris KPU Provinsi NTT sebagai bagian dari penguatan tata kelola kelembagaan. Rapat diikuti oleh Ketua, Jemris Fointuna, serta Anggota Petrus Kanisius Nahak, Elyaser Lomi Rihi, Lodowyk Fredrik, dan Sekretaris KPU Provinsi NTT, Adiwijaya Bakti bersama jajaran kepala bagian dan subbagian terkait.  Kepala Subbagian Hukum, Edson Carlos, membuka forum dengan memaparkan pentingnya SOP sebagai pedoman yang memastikan setiap keputusan kelembagaan diterbitkan sesuai prosedur, jelas dalam hierarki kewenangan, dan patuh pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ketua KPU Provinsi NTT, Jemris Fointuna, dalam arahannya menegaskan bahwa setiap produk hukum yang diterbitkan oleh Ketua maupun Sekretaris KPU Provinsi NTT mencerminkan kredibilitas lembaga. Oleh karena itu, SOP harus disusun dengan detail dan dipahami bersama, sehingga tidak menimbulkan multitafsir atau keraguan dalam pelaksanaan. “Produk hukum yang kita keluarkan bukan sekadar dokumen administratif, tetapi juga wujud tanggung jawab kelembagaan dan harus dapat dipertanggungjawabkan, baik dari sisi substansi maupun proses penerbitannya,” tegas Jemris. Kepala Bagian Teknis Penyelenggaraan Pemilu, Partisipasi dan Hubungan Masyarakat, Hukum, dan SDM, Andrew S.N. Kette, menambahkan bahwa penyusunan SOP juga akan mencakup mekanisme penyusunan abstrak dari setiap produk hukum sebagai gambaran singkat isi keputusan. Menurutnya, keberadaan abstrak akan memudahkan publik maupun pemangku kepentingan internal untuk memahami esensi keputusan tanpa harus membaca keseluruhan dokumen. “Beberapa produk hukum perlu dilengkapi dengan abstrak sebagai ringkasan isi. Hal ini memudahkan pembaca menangkap maksud keputusan sekaligus meningkatkan keterbukaan informasi kelembagaan,” jelas Andrew. Anggota KPU Provinsi NTT Divisi Hukum dan Pengawasan, Petrus Kanisius Nahak, juga menekankan bahwa SOP penerbitan produk hukum merupakan instrumen yang penting. Dengan adanya SOP, setiap keputusan kelembagaan dapat dipantau, diawasi, dan dievaluasi secara berkelanjutan. “SOP ini adalah benteng integritas karena memastikan agar setiap keputusan yang diterbitkan tidak keluar dari koridor hukum, serta menjaga konsistensi dan transparansi kelembagaan,” ujar Petrus. Rapat berlangsung dengan diskusi yang dinamis, di mana peserta memberikan masukan terkait teknis perumusan hingga mekanisme penerapan SOP. Forum ini menjadi wadah untuk menyamakan persepsi, memperjelas tanggung jawab antarbagian, serta membangun komitmen kolektif dalam penerbitan produk hukum. KPU Provinsi NTT menegaskan komitmennya untuk menuntaskan penyusunan SOP Penerbitan Produk Hukum ini, sehingga setiap Keputusan Ketua maupun Sekretaris dapat diterbitkan dengan prosedur yang tertib, transparan, dan akuntabel. Dengan adanya SOP ini, KPU NTT optimistis kelembagaan akan semakin siap menghadapi dinamika kepemiluan dengan integritas, kepastian hukum, dan keterbukaan informasi yang lebih kuat.

Hadiri Rapat Sosialisasi Arah Kebijakan dan Evaluasi Reformasi Birokrasi 2025, KPU NTT Perkuat Tata Kelola Kelembagaan

Kupang, ntt.kpu.go.id — Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Nusa Tenggara Timur pada Selasa, (26/8), mengikuti Rapat Sosialisasi Arah Kebijakan dan Pelaksanaan Evaluasi Reformasi Birokrasi (RB) Tahun 2025 yang diselenggarakan secara hybrid melalui Zoom Meeting. Kegiatan ini dihadiri oleh Kementerian PANRB RI, Kepala Biro Perencanaan dan Organisasi KPU RI, serta seluruh pejabat struktural, fungsional, dan ASN bidang Perencanaan, Data, dan Informasi di lingkungan KPU se-Indonesia. Dari KPU Provinsi NTT, rapat diikuti oleh Sekretaris KPU, Adiwijaya Bakti, Kepala Sub Bagian Perencanaan, Lusia A.D.P. Hekopung, serta staf pelaksana. Dalam arahannya, Kepala Biro Perencanaan dan Organisasi KPU RI, M. Syahrizal Iskandar, menekankan pentingnya pelaksanaan reformasi birokrasi secara proaktif agar dapat mencerminkan perubahan signifikan dalam tata kelola birokrasi. Ia menegaskan bahwa perbaikan kelembagaan perlu diwujudkan melalui penguatan pengelolaan arsip, sistem pengaduan masyarakat, peningkatan nilai SAKIP, serta penyederhanaan struktur organisasi. Sementara itu, Asisten Deputi Kementerian PANRB, Akhmad Hasmy, Ak., menjelaskan arah kebijakan RB yang menekankan birokrasi yang responsif, efektif, serta berorientasi pada hasil dan dampak. Ia mengungkapkan bahwa capaian nilai RB KPU telah mengalami peningkatan dari predikat B menjadi BB. Target tahun 2025 adalah terwujudnya tata kelola pemerintahan yang modern, transparan, dan berkelas dunia dengan penguatan sumber daya manusia sebagai modal utama. Narahubung KPU sekaligus Pengelola Akuntabilitas Kementerian PANRB, Dwi Slamet, menambahkan penjelasan teknis mengenai penyusunan Rencana RB. Menurutnya, setiap kementerian dan lembaga cukup menyusun dan menyampaikan rencana aksi sesuai dengan tema RB yang ditetapkan, berdasarkan tugas dan fungsi masing-masing. Rencana aksi ini nantinya akan menjadi dasar penilaian dan monitoring oleh tim PANRB untuk mengukur sejauh mana implementasi RB tematik dijalankan. Partisipasi KPU NTT dalam rapat ini sekaligus menegaskan komitmen untuk melaksanakan agenda reformasi birokrasi hingga ke level daerah. Langkah ini diharapkan mampu memperkuat tata kelola lembaga yang selaras dengan arah kebijakan nasional. Dengan pemahaman yang sama antara pusat dan daerah, KPU didorong untuk terus meningkatkan akuntabilitas, transparansi, serta kualitas pelayanan publik yang lebih profesional.

KPU NTT Siapkan Peluncuran Program Pendidikan Pemilih: KPU Mengajar

Kupang, ntt.kpu.go.id — Anggota KPU Provinsi Nusa Tenggara Timur, Baharudin Hamzah, memimpin rapat persiapan peluncuran Program Pendidikan Pemilih bertajuk KPU Mengajar yang berlangsung di ruang kerja Anggota KPU Provinsi NTT pada Selasa (26/8). Hadir dalam rapat tersebut Kasubbag Partisipasi Masyarakat dan SDM, Bathseba S. Dapatalu, serta staf pelaksana yang akan mendukung jalannya kegiatan. Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari keputusan pleno KPU Provinsi NTT sehari sebelumnya, Senin (25/8), terkait pelaksanaan Pendidikan Pemilih. Program ini menjadi bagian dari inovasi jangka panjang KPU dalam membangun generasi muda yang cerdas, kritis, dan bertanggung jawab sebagai pemilih. Dalam rapat tersebut, dibahas berbagai aspek teknis pelaksanaan, mulai dari penyusunan acara, penugasan petugas, hingga mekanisme peluncuran program. Baharudin menegaskan pentingnya koordinasi yang matang agar kegiatan ini dapat berjalan lancar dan menjadi model awal dari Program Pendidikan Pemilih (Dikmil) yang selanjutnya akan diteruskan ke KPU kabupaten/kota se-NTT. Selain sebagai ajang koordinasi teknis, rapat persiapan ini juga menjadi momentum untuk memastikan bahwa KPU Mengajar benar-benar hadir sebagai wadah pendidikan demokrasi bagi generasi muda. Melalui program ini, KPU NTT berharap mampu menumbuhkan pemahaman tentang nilai-nilai demokrasi sejak dini, sehingga para peserta magang dapat berperan sebagai agen sosialisasi di lingkungannya masing-masing. Program KPU Mengajar dipandang penting bukan hanya sebagai inovasi di tingkat provinsi, tetapi juga sebagai model yang dapat direplikasi oleh KPU kabupaten/kota di seluruh NTT. Melalui adopsi program ini, setiap KPU daerah diharapkan mampu menyesuaikan pola pendidikan pemilih sesuai konteks lokal, sehingga pesan demokrasi dapat disampaikan dengan cara yang lebih dekat, relevan, dan efektif bagi masyarakat. Dengan demikian, KPU Mengajar tidak hanya menjadi pilot project, tetapi juga gerakan bersama untuk memperkuat literasi politik generasi muda di seluruh wilayah Nusa Tenggara Timur. KPU Provinsi NTT optimistis bahwa KPU Mengajar dapat menjadi pintu masuk inovasi pendidikan pemilih yang berkelanjutan, serta memperkuat komitmen lembaga dalam melayani publik dengan cara-cara kreatif, edukatif, dan partisipatif.

KPU NTT Fasilitasi Diskusi Penyusunan Buku Pilkada Bersama KPU Kabupaten Manggarai Timur

Kupang, ntt.kpu.go.id — Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Nusa Tenggara Timur pada Senin (25/8), memfasilitasi diskusi penyusunan buku Pilkada bersama KPU Kabupaten Manggarai Timur. Kegiatan yang berlangsung di Media Center KPU NTT ini digelar secara daring melalui Zoom Meeting dan diikuti oleh jajaran KPU Provinsi serta perwakilan KPU Kabupaten Manggarai Timur. Diskusi ini menjadi bagian dari upaya KPU NTT dalam mendukung penguatan literasi kepemiluan, khususnya melalui penulisan dan penyusunan karya ilmiah yang merekam praktik, dinamika, dan evaluasi pelaksanaan Pilkada di daerah. Dengan adanya karya tulis berbentuk buku, diharapkan pengalaman kepemiluan tidak hanya terdokumentasi dengan baik, tetapi juga dapat menjadi rujukan akademis sekaligus praktis bagi publik dan pemangku kepentingan. Dalam arahannya, Ketua KPU NTT, Jemris Fointuna, menekankan pentingnya menjaga aspek akademis dalam penulisan buku Pilkada. Ia menyampaikan agar penulisan tidak meninggalkan kaidah akademik, khususnya penggunaan catatan kaki dan referensi yang memadai. “Sebuah karya tulis akan memiliki bobot jika ditopang oleh referensi yang jelas. Karena itu, catatan kaki dan daftar pustaka jangan diabaikan. Hal ini penting agar setiap argumen dalam buku bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah,” ujar Jemris. Anggota KPU NTT, Lodowyk Fredrik, menambahkan bahwa selain memperhatikan aspek akademis, struktur penulisan juga harus dibuat dengan jelas dan sistematis. Menurutnya, struktur yang rapi akan memudahkan pembaca mengikuti alur tulisan dan memahami pesan yang ingin disampaikan. “Saya harap susunan bab, subbab, dan alur pembahasan disusun secara logis dan runut. Dengan demikian, pembaca bisa melihat keterkaitan antarbagian dan memahami substansi dengan lebih baik,” tegas Lodowyk. Sementara itu, Anggota KPU NTT, Baharudin Hamzah, menyoroti pentingnya mempertimbangkan segmen pembaca dalam penyusunan buku ini. Ia mengingatkan agar bahasa yang digunakan tidak terlalu kaku, tetapi populer dan mudah dipahami, meskipun tetap berada dalam kerangka akademis. “Kita harus pastikan siapa pembaca utama buku ini. Gunakan kalimat yang populer namun tetap akademis, agar pesan buku dapat menjangkau lebih luas dan tidak hanya terbatas pada kalangan akademisi,” jelas Baharudin. Diskusi berlangsung dinamis dengan adanya sesi tanya jawab dan masukan teknis dari jajaran KPU NTT maupun KPU Kabupaten Manggarai Timur. Para peserta sepakat bahwa penyusunan buku Pilkada tidak hanya menjadi dokumentasi kelembagaan, tetapi juga kontribusi nyata KPU dalam memperkaya literatur kepemiluan di Indonesia. Kehadiran KPU Provinsi NTT dalam kegiatan ini mencerminkan komitmen untuk terus mendampingi dan memperkuat kapasitas kelembagaan KPU Kabupaten/Kota. Dengan adanya pendampingan tersebut, diharapkan kualitas buku yang dihasilkan tidak hanya bermanfaat bagi kepentingan internal lembaga, tetapi juga dapat memberikan nilai tambah bagi publik, akademisi, dan para pemerhati demokrasi. KPU NTT optimistis bahwa diskusi seperti ini dapat memperkuat tradisi kelembagaan dalam menulis, mendokumentasikan pengalaman, serta mengkaji dinamika kepemiluan secara lebih sistematis. Melalui karya tulis berbasis akademis sekaligus populer, lembaga penyelenggara pemilu dapat terus berkontribusi dalam memperkuat demokrasi dan meneguhkan akuntabilitas publik.

KPU NTT Gelar Konsolidasi dan Penguatan Kelembagaan

Kupang, ntt.kpu.go.id — Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Nusa Tenggara Timur pada Senin (25/8), menggelar kegiatan konsolidasi dan penguatan kelembagaan bersama tiga KPU Kabupaten melalui Zoom Meeting. Kegiatan yang dipusatkan di Media Center KPU Provinsi NTT ini diikuti secara langsung oleh jajaran komisioner, sekretariat, serta perwakilan KPU Kabupaten yang terhubung secara daring. Kegiatan ini dimaknai sebagai langkah penting dalam menjaga soliditas dan membangun keselarasan kelembagaan, terlebih pada masa non-tahapan pemilu. Dalam arahannya, Ketua KPU NTT, Jemris Fointuna, menegaskan bahwa penguatan kelembagaan tidak dapat dilepaskan dari peran pemimpin sebagai teladan. Menurutnya, sikap disiplin, komitmen kerja, serta konsistensi dalam menjalankan aturan adalah fondasi utama untuk menjaga kepercayaan publik. Jemris juga mengingatkan bahwa setiap individu dalam kelembagaan KPU memegang tanggung jawab besar, sehingga profesionalisme harus selalu ditunjukkan, baik dalam hal kehadiran, kerapian, maupun kualitas hasil kerja. Anggota KPU NTT, Baharudin Hamzah, menambahkan bahwa masa non-tahapan pemilu harus digunakan secara maksimal untuk memperkuat kapasitas individu dan lembaga. Ia mendorong agar seluruh jajaran menjadikan periode ini sebagai kesempatan belajar, memperdalam pemahaman regulasi, dan meningkatkan koordinasi. Menurutnya, konsolidasi seperti ini merupakan wujud nyata dari kesiapan KPU dalam menghadapi tahapan pemilu yang semakin kompleks, sekaligus menjaga ritme kerja agar tetap solid meski tidak berada dalam tekanan tahapan. Dalam kesempatan yang sama, Lodowyk Fredrik menekankan bahwa penguatan kelembagaan akan efektif jika dibangun di atas koordinasi lintas tingkatan yang konsisten. Ia menyampaikan bahwa hubungan antara KPU provinsi dan kabupaten harus terus dipelihara melalui komunikasi yang terbuka, saling mengingatkan, dan berbagi tanggung jawab secara seimbang. Lodowyk menegaskan bahwa kelembagaan yang solid lahir dari kebersamaan, dan semangat kolektif inilah yang harus dijaga agar KPU tetap mampu menjalankan fungsinya secara optimal. Sementara itu, Petrus Kanisius Nahak menyoroti pentingnya supervisi dan evaluasi internal dalam menjaga kualitas kelembagaan. Ia menekankan bahwa setiap pekerjaan harus dikawal dengan mekanisme yang jelas, bukan hanya untuk memastikan kepatuhan prosedural, tetapi juga untuk menjaga substansi dan kualitas hasil. Bagi Petrus, supervisi yang baik adalah kunci dalam memastikan akuntabilitas lembaga dan membangun budaya kerja yang berorientasi pada perbaikan berkelanjutan. Sekretaris KPU NTT, Adiwijaya Bakti, turut menegaskan bahwa keberhasilan kelembagaan tidak terlepas dari peran sekretariat sebagai penopang utama manajerial. Ia menekankan pentingnya pengelolaan administrasi yang tertib, perencanaan yang matang, serta kedisiplinan internal sebagai landasan implementasi kebijakan. Adiwijaya juga mengingatkan bahwa sinergi antara komisioner dan sekretariat menjadi kunci utama dalam menciptakan kelembagaan yang kokoh dan responsif. Hadir pula Plh. Kabag Perencanaan, Data, dan Informasi Lusia A.D.P. Hekopung, Kasubbag HSDM Bathseba S. Dapatalu, serta jajaran staf sekretariat KPU NTT yang ikut mendukung jalannya kegiatan. Kegiatan ini mencerminkan bahwa penguatan kelembagaan tidak hanya menjadi tanggung jawab pimpinan, melainkan menjadi komitmen bersama seluruh unsur di dalam organisasi serta ruang refleksi untuk meneguhkan kembali komitmen bersama.

Apel Pagi, Lodowyk Tekankan Lima Pilar dalam Bekerja

Kupang, ntt.kpu.go.id — Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Nusa Tenggara Timur melaksanakan apel pagi rutin pada Senin (25/8), bertempat di halaman kantor KPU Provinsi NTT. Apel pagi ini dipimpin oleh Anggota KPU Provinsi NTT, Lodowyk Fredrik, dan diikuti oleh Ketua KPU Provinsi NTT Jemris Fointuna, Anggota Elyaser Lomi Rihi dan Petrus Kanisius Nahak, Sekretaris KPU NTT Adiwijaya Bakti, serta seluruh jajaran sekretariat KPU Provinsi NTT. Dalam kesempatan tersebut, Lodowyk menyampaikan pesan penting mengenai lima hal yang perlu dijadikan pedoman dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab sehari-hari. Menurutnya, setiap pegawai dan penyelenggara pemilu harus membangun budaya kerja yang dilandasi pada kerja keras, kerja ikhlas, kerja cerdas, kerja berintegritas, dan pada akhirnya menghasilkan kerja yang berkualitas. "Kerja keras menjadi pondasi utama. Namun kerja keras saja tidak cukup, karena harus diiringi dengan kerja ikhlas. Ketika kita ikhlas menjalani pekerjaan, maka beban yang berat akan terasa lebih ringan,” tegas Lodowyk dalam arahannya. Ia melanjutkan bahwa kerja cerdas juga tidak kalah penting. Dalam kondisi di mana sumber daya terbatas, kecerdasan dalam mengatur langkah, memprioritaskan tugas, dan memanfaatkan sarana dan prasarana yang telah ada menjadi kunci agar hasil kerja dapat lebih efektif. Di sisi lain, integritas disebutnya sebagai roh dari seluruh proses kerja. Tanpa integritas, seluruh hasil kerja keras, ikhlas, dan cerdas bisa kehilangan makna.  “Integritas adalah garis batas yang menjaga kita tetap berada pada jalur yang benar. Masyarakat menaruh kepercayaan besar kepada KPU. Kepercayaan itu hanya bisa kita jaga bila setiap tindakan kita dilandasi integritas,” tambahnya. Menurut Lodowyk, ketika keempat pilar tersebut dipadukan, maka akan lahirlah kerja yang berkualitas. Kerja yang bukan hanya sekadar menyelesaikan tugas, tetapi juga membawa manfaat nyata bagi publik, memperkuat kepercayaan masyarakat, dan menjaga martabat lembaga KPU. “Kualitas kerja adalah hasil akhir yang akan dinilai publik. Publik tidak hanya melihat apa yang kita kerjakan, tetapi bagaimana kita mengerjakannya,” ujarnya menekankan. Selain menyampaikan lima pilar kerja tersebut, Lodowyk juga menyinggung pentingnya menjadikan apel pagi sebagai sarana untuk memupuk kebersamaan dan memperbarui semangat kerja setiap awal pekan. Menurutnya, apel bukan sekadar rutinitas formal, melainkan momentum untuk menyatukan tekad dan memastikan setiap individu bergerak dengan arah dan tujuan yang sama. Ia mengajak seluruh jajaran sekretariat agar menjadikan nilai-nilai ini sebagai pedoman dalam setiap aktivitas, baik dalam urusan administrasi maupun koordinasi antardivisi. “Apel pagi adalah saat kita menyamakan frekuensi, menyatukan pikiran, dan meneguhkan niat bersama. Kalau kita semua konsisten menjalankan lima pilar tadi, saya yakin KPU NTT akan semakin solid dan profesional dalam menghadapi setiap dinamika tahapan maupun non-tahapan pemilu,” tutupnya. Suasana apel pagi berlangsung dengan tertib dan disertai kesungguhan dari seluruh peserta apel. Para pegawai mendengarkan dengan saksama arahan yang disampaikan dan menunjukkan kesiapan untuk menerapkannya dalam keseharian kerja mereka. KPU Provinsi NTT berharap bahwa dengan konsistensi menjalankan apel pagi dan menginternalisasi nilai kerja keras, ikhlas, cerdas, berintegritas, serta berorientasi pada kualitas, budaya kerja di lingkungan sekretariat akan semakin terbangun.